Product Description

ASAS MASKULINITAS

SEBELUM WANITA BISA MERASA TUNDUK; DIA TIDAK BISA MENCINTAI

  _______ 

Bercinta atau melakukan aktivitas erotisme artinya saat seorang pria menyeret emosi ke dalam seks. Keadaan ini adalah fase di mana seseorang pria bisa saja kehilangan kendali atau pria menjadi romantis dengan emosionalismenya. Lalu muncul pertanyaan; bukankah seks yang dibangunkan oleh pria romantis yang emosional dapat menjalin hubungan hangat untuk wanita pada aktivitas erotisme? Maka jawabannya tidak.

Seorang pria yang lemah secara emosional hanya berupaya untuk menyenangkan seorang wanita dengan mendengarkan dan mengikuti arahan erotisnya. Jika seorang wanita mengatakan bahwa “gaya ini dan gaya itu” akan membuat wanita bergairah dan seorang pria mengikuti instruksinya, maka pria ini akan masuk ke dalam bingkai wewenang feminin dan berperan sebagai seorang yang melayani gairah wanita di bawah wewenang feminin. Yang tidak diketahui seorang pria feminin adalah ini; bahwa puncak kepuasan seorang wanita terjadi karena dia didominasi. Artinya, jika pria dengan setia mengikuti perintah wanita tentang cara menyenangkannya, maka pria tersebut akan tunduk pada dominasi wanita. Jika seorang wanita mengatakan “Saya bergairah dengan cara seperti ini, atau seperti itu," lalu pria kuat dan maskulin memberinya sesuatu tindakan yang tidak sesuai dengan keinginan wanita tersebut, maka wanita ini hanya akan berpikir bahwa apa yang dia inginkan tidak lebih menyenangkan dari apa yang pria berikan.

Begitu pria tidak memenuhi kehendak wanita maka keputusasaan wanita di dalam tindakan erotisme tersebut akan berubah menjadi kesenangan yang dia rasakan, inilah yang dimaksud penyatuan gairah dan kemarahan, yang menghasilkan kesenangan dari hasratnya yang tidak terpenuhi. Jadi, cara yang paling mungkin untuk menyenangkan wanita adalah terpusat pada kesenangan Anda sendiri. Tidak peduli apa yang dia katakan dan apa yang dia kehendaki dalam fase keintiman tersebut. Saat wanita mencoba menuntun Anda untuk melakukan ini dan itu, maka abaikan dia dan lakukan sesuka Anda. Dia akan bergairah karena diabaikan. Ini akan meyakinkannya bahwa kekasihnya mempunyai pikiran sendiri dan nyali untuk mengejar kesenangannya sendiri, apa pun keinginannya. Dikuatkan oleh apa yang dikatakan Marilyn Monroe; “Seks adalah bagian dari alam. Saya mengikuti alam”. Marilyn mengetahui bahwa kenikmatan erotisme sejati datang dari pendekatan pasif feminin terhadap hasrat maskulin pria.

Pembahasan berikut ini akan memberikan kepercayaan kepada pria bahwa; sebelum wanita bisa merasa tunduk; dia tidak bisa mencintai.  Begitu seorang wanita menyadari bahwa pria yang bersamanya dapat memimpinnya dan dapat dia percaya maka seketika itu pula dia menjatuhkan cintanya. "Jatuh" berarti sikap tunduk patuh yang diiringi rasa hormat demi pria yang dia harapkan, maka disebutlah jatuh cinta. Ketika seorang pria tidak bisa memimpin wanita, maka wanita berada di dalam kekacauan emosional dan keputusasaan karena hasrat terdalamnya tidak dapat diungkap, oleh sebab itu demi melepaskan kehendak yang disembunyikan oleh moralitas feminin ini; maka dibutuhkanlah tuntunan rasional maskulin pria. Jadi ketika pria menjadi lemah atau tidak peka secara intelektual dalam memahami reaksi emosional wanita maka sikap kelemahan pria itu pula yang menghilangkan rasa hormat wanita. 

Kita dapat memahami ini ketika sepasang kekasih ingin memulai untuk bercinta di kamar tidur, misalnya. Perempuan itu tidak akan mengatakan apa pun tanpa perintah seorang pria. Dia hanya memasang raut malu dan tersipu. Karena ini menyangkut moralnya, dia tidak ingin terlihat seperti 'wanita malam' yang mengungkapkan tutur kata sensual. Apakah perlu seorang wanita mengatakan; "Bukalah semua pakaianmu, aku sudah tidak tahan".  

Dan apakah wajar bagi pria bertanya; "Apakah aku harus melepaskan kancing kemejaku, sekarang?" Ini menjijikan kedengarannya bagi wanita. Dan kondisi itu berarti mereka sama-sama di dalam kekacauan. Pria tidak bisa memimpin dan wanita menjadi bingung. Kebingungan wanita itulah yang mematikan ketertarikan seksual. Padamnya gairah seksual wanita itu muncul karena dia tidak bisa merasa tunduk. Kepatuhan feminin membutuhkan perintah, perintah hanya dapat ada ketika pria memegang kendali maskulin. Jadi ketika perempuan tidak menerima perintah; dia tidak merasa ditundukkan. Dan itu berarti dia tidak merasa dimiliki.

Bayangkan bagaimana seorang wanita bisa memberikan kekuasaan kepada seorang pria sedangkan pria itu tidak bisa menerima wewenang? Inilah mengapa wanita yang tidak bisa merasa tunduk; tidak bisa mencintai. Wanita hanya mengikuti gairah maskulin, wanita ingin dihentikan, diabaikan, dan dipacu dengan birahi yang bergejolak. Sampai dia merasakan ada gairah dan kejengkelan yang memabukkan. Apa yang terjadi ketika pria tidak bisa memimpin, dia akan bertanya; "apakah kamu sudah selesai, apakah aku sudah membuatmu bahagia, apakah kamu menikmati". Seorang pria harus berhenti mengucapkan kalimat omong kosong itu, gairah perempuan akan padam ketika pria mulai mempertanyakan keinginannya. 

Kepuasan wanita hanya muncul karena dia didominasi. Ketika pria tidak mampu mendominasinya; wanita akan memalsukan kenikmatannya. Inilah mengapa banyak pria tertipu dan menganggap bahwa dia telah memuaskan perempuannya sambil membual kepada orang lain, padahal sebenarnya tidak. Tidak ada durasi yang cukup untuk memuaskan wanita jika dia tidak dihentikan dan didominasi. 

Begitu wanita percaya bahwa pria bisa memimpin, dia menyerahkan kekuasaannya dan artinya dia bisa menghormatinya, dan artinya juga; pria itu mendapatkan ketundukannya. Rahasia dominasi pria dalam aktifitas erotisme adalah pengendalian diri dan rasionalitas. Pertanyaan lain muncul, “bukankah wanita menginginkan pria yang peka secara emosional ketika berhubungan?”

Satu hal yang perlu dipahami bahwa, munculnya ketertarikan wanita secara seksual disebabkan oleh sikap dingin dan misteri di dalam diri seorang pria. Sikap itu yang membangkitkan emosi wanita untuk menjelajahi misteri tersebut dengan keintiman erotisme. Wanita menganggap bahwa perasaan emosionalnya sama seperti yang dirasakan oleh seorang pria, padahal dia menciptakan imajinasinya sendiri tanpa keterlibatan emosi pria ke dalam realitasnya (wanita). 

Pertanyaan muncul "bagaimana mungkin pengalaman erotisme seorang pria bisa berlangsung tanpa ada emosi yang terlibat?" Pria bisa ereksi tanpa melibatkan emosi. Bersikap emosional atau menyerah pada nafsu berarti feminin, wanita tidak menginginkan pria yang terlihat lebih bernafsu darinya. Oleh karena itu seorang pria harus menyembunyikan hasrat tersebut di dalam tuntunan rasional.

Artinya jika pria lebih dulu emosional sebelum dia bisa menuntun wanita ke dalam fase yang lebih intim ini menyebabkan pria mengalami kebingungan, begitu wanita merasa bahwa pria tersebut kehilangan akal dan kata-kata maka dorongan erotisnya menjadi mati. 

Apa yang dikatakan oleh seorang wanita bahwa mereka menginginkan pria yang emosional; ini dimaksudkan bahwa wanita menginginkan pria yang bisa memahami hasrat terdalamnya. Karena wanita berpikir perasaan hati tidak bisa diungkap, jadi wanita menginginkan pria yang peka. 

Satu hal yang tidak diketahui wanita bahwa pria bisa peka tanpa mengalami fase emosionalisme, ini disebut kepekaan intelektual; dalam memahami reaksi emosional. Artinya pria sudah lebih tahu kehendak seksual wanita sebelum gairah pria itu tiba. Kepekaan secara intelektual ini hanya ada pada pria maskulin, dia bisa memilih untuk menolak ajakan atau memberikan kehendak tersebut kepada seorang wanita. [Di dalam aktifitas erotisme, pria hanya melepaskan semua keterikatan intelektual dan pelepasan emosional pada saat-saat terakhir menuju klimaks di depan rahim feminin.] 

Dalam fase ini tidak ada moralitas, tidak ada rasa hormat, peperangan antara feminin dan maskulin bergejolak, apa yang tersembunyi dapat diungkap dan batas apa yang tidak bisa ditembus bisa dilalui karena keintiman sudah tidak lagi dipisahkan oleh jarak emosi maupun rasionalitas. Itulah keadaan yang melesapkan gairah hidup dan harapan; penyatuan rasa sakit dan kegembiraan dalam beberapa saat sampai semua unsur-unsur kejiwaan itu kembali dibangkitkan baik itu emosi dan akal budi. 

Setelah saat-saat yang menggairahkan itu padam, maka seorang pria kembali mengambil bingkainya dan wanita mengikutinya. Pria kembali memberi batas dan wanita memberi jarak demi membangkitkan kembali rasa hormat dan ketertundukkan feminin di bawah wewenang maskulin.

a0a3cc6f26c4.png




Product Advantages

  • Kepercayaan diri dan karismatik

Who Should Buy This Product ?

  • Khusus pria

Requirements

  • Pengembangan diri