Product Description

DISCLAIMER

Novel Korupsi dan Oligarki adalah karya fiksi. Seluruh tokoh, tempat, nama institusi, dan peristiwa dalam cerita ini merupakan hasil imajinasi penulis. Jika terdapat kemiripan dengan tokoh nyata, lembaga, atau kejadian historis, hal tersebut bersifat kebetulan dan tidak disengaja.

Meskipun tema yang diangkat berakar pada realitas sosial-politik, novel ini tidak dimaksudkan untuk menuding pihak tertentu secara spesifik, melainkan sebagai bentuk refleksi dan kritik terhadap pola kekuasaan yang berulang dalam sejarah bangsa.

Penulis tidak bertanggung jawab atas segala penafsiran atau penggunaan isi novel ini untuk kepentingan politik, hukum, atau propaganda. Segala pendapat yang diutarakan tokoh dalam cerita merupakan sudut pandang fiksi yang tidak mewakili pandangan pribadi penulis maupun penerbit.

Novel ini ditulis semata-mata sebagai bentuk  kebebasan berekspresi, dan partisipasi sastra dalam diskursus publik.

 

 

 

 

Sinopsis – Korupsi dan Oligarki

Di tengah republik yang dikuasai oleh segelintir elite rakus dan aparat yang tunduk pada kuasa uang, Ardi Wijaya, seorang jurnalis investigatif muda, menemukan jejak korupsi berskala raksasa dalam sektor energi nasional. Temuannya tak hanya mengguncang kementerian dan perusahaan negara, tetapi juga menggoyahkan pondasi kekuasaan politik dan militer yang sudah berakar puluhan tahun.

Bersama Sinta—mantan aktivis dan kekasih lama yang kini menjadi humas istana—serta Rara dan Farid, dua sahabat dari masa kampus yang kini berjuang di jalur hukum dan data, Ardi membongkar jaringan oligarki yang bersembunyi di balik proyek infrastruktur, konsesi tambang, hingga revisi undang-undang. Namun perlawanan mereka tidak mudah: ancaman pembunuhan, manipulasi media, kriminalisasi hukum, hingga sabotase dari dalam lingkaran terdekat menghadang langkah mereka.

Ketika rakyat mulai bergerak, pers menyuarakan, dan para elite saling khianat demi menyelamatkan diri, republik tiba di titik nadir: negara terancam pecah oleh retakan yang diciptakan oleh kekuasaan itu sendiri.

Di puncak kekacauan, Ardi nyaris terbunuh dalam sebuah konspirasi “kecelakaan”. Namun kemunculannya kembali secara dramatis memicu gelombang revolusi sipil: gugatan massal terhadap negara, reformasi mendalam atas sistem hukum, dan runtuhnya koalisi hitam yang selama ini mengendalikan pemerintahan.

Meski sistem berganti dan sebagian pelaku dihukum, Ardi menolak jabatan formal. Ia tetap memilih menjadi penjaga jarak kekuasaan—dengan pena, kamera, dan keberanian. Karena ia tahu: korupsi dan oligarki bukan musuh yang bisa dimusnahkan sekali waktu, melainkan penyakit yang harus terus diwaspadai... oleh generasi ke generasi.

Korupsi dan Oligarki adalah novel politik-sosial yang menggabungkan intrik kekuasaan, perlawanan sipil, tragedi pribadi, dan harapan kolektif—sebuah potret fiksi yang sangat dekat dengan kenyataan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kata Pengantar

"Korupsi dan Oligarki" lahir dari kegelisahan yang tak pernah selesai—tentang bagaimana kekuasaan bisa berubah menjadi alat penindas ketika dibiarkan tanpa pengawasan, dan bagaimana harapan rakyat bisa diperdagangkan oleh segelintir elite demi kepentingan pribadi.

Novel ini tidak dimaksudkan untuk menjadi cermin sempurna dari kenyataan, tetapi sebagai bayangan yang cukup dekat untuk menggugah nurani. Di dalamnya, tokoh-tokoh fiksi bergerak di medan nyata: jurnalisme yang dibungkam, undang-undang yang diselewengkan, rakyat yang terus dipinggirkan, dan oligarki yang tumbuh subur di antara kompromi politik.

Namun yang paling penting, novel ini adalah tentang perlawanan orang-orang biasa. Mereka yang tak punya kekuasaan, tapi punya integritas. Mereka yang tak dilindungi oleh jabatan, tapi bersandar pada keberanian. Mereka yang tak dikenal sejarah resmi, tapi mengubah arah zaman dengan tindakan kecil namun berarti.

Saya menulis novel ini dengan semangat menyampaikan: bahwa perubahan bukanlah hasil dari keajaiban politik atau pemimpin agung, melainkan akumulasi dari suara-suara yang dulu dianggap kecil. Dan bahwa di balik sistem yang tampak begitu kuat, selalu ada celah—asal kita berani menyinarinya.

Terima kasih kepada semua yang memilih untuk tidak diam, yang tetap percaya bahwa negeri ini pantas diperjuangkan.

Semoga Korupsi dan Oligarki menjadi bukan sekadar bacaan, tetapi pengingat. Bahwa dalam gelapnya kekuasaan, masih ada cahaya yang lahir dari keberanian menulis, bersuara, dan bertindak.

Penulis

Hadi Hartono

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Isi

 

Disclaimer

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab 1: Bayangan di Balik Kota

Bab 2: Amplop Rahasia

Bab 3 Jejak-jejak yang Terselubung

Bab 4 Bayangan di Balik Tirai

Bab 5 – Jejak yang Membara

Bab 6 – Gelombang Konflik dan Rindu yang Membakar

Bab 7 – Titik Nadira dan Jejak Luka

Bab 8 – Api yang Menyala di Tengah Abu

Bab 9 – Api Jalanan, Tembok Kekuasaan

Bab 10 – Konsolidasi Hasrat, Konspirasi Kekuasaan

Bab 11 – Politik Sunyi, Cinta yang Dihilangkan

Bab 12 Gelombang Baru di Tengah Kabut

Bab 13 Pecahnya Senja di Kota Besar

Bab 14 Bayang-Bayang yang Menempel di Dinding

BAB 15: “Cahaya di Balik Tirani”

Bab 16: “Gelombang yang Tak Terbendung”

Bab 17: “Di Mata Badai”

Bab 18: “Duri dalam Daging”

Bab 19: “Badai di Ujung Jalan”

Bab 20: “Mata-Mata dalam Kabut”

Bab 21: “Jejak Luka dan Asa Baru”

Bab 22: "Kepakan Sayap dalam Gelap"

Bab 23 Di Ambang Badai: Pertaruhan Terakhir

Bab 24 Menembus Kabut Kebohongan

Bab 25 Gelombang Perlawanan

Bab 26 Malam Terpanjang

Bab 27  Api di Dalam Istana

Bab 28 – Revolusi yang Tak Diundang

Bab 29 – Hari Saat Republik Retak

Bab 30 – Setelah Angin Patah Arah

Tentang Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Product Advantages

  • Memahami kondisi samar dan sumir dari negeri impian tercinta

Who Should Buy This Product ?

  • Aktivis LSM, Mahasiswa, Generasi Muda, Politisi, Peminat Sastra, Dan siapapun anda yang butuh hiburan mencerahkan

Requirements

  • Membaca